Zahra Mahria Rossedy merupakan alumnus Liga Mahasiswa yang kini sedang melakukan pelatihan (training) untuk menjadi penyiar. Meski sudah menjadi alumni, Zahra tetap berkontribusi dalam mendukung juniornya di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) yang bertanding di LIMA Badminton: Blibli.com West Java Conference Season 8. Ia juga mengungkapkan pengalaman bermainnya selama tiga kali di LIMA.
“Saya datang ke kompetisi LIMA di Bandung karena ingin mendukung adik-adik dari Unikom agar mereka lebih bersemangat dalam membela nama kampus. Mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan. Oleh karena itu, sebagai alumni, saya ingin dari tahun ke tahun prestasi Unikom semakin bagus,” ujarnya.
Zahra sendiri pernah bermain di LIMA Badminton: Blibli.com West Java Conference pada musim keenam, kelima, dan ketujuh. Ia pernah membela Unikom di sektor perseorangan dan beregu. Pada LIMA Badminton: Blibli.com West Java Conference Season 7, alumni Unikom jurusan Manajemen tersebut berada di peringkat ketiga ganda campuran bersama Yosafat Efraim.
Menurutnya, bertanding di kategori perseorangan dan beregu memiliki rasa yang berbeda. Kalau di perseorangan, jika tidak mencapai target, pemain merasa tidak membebani orang lain. Namun, bermain di kompetisi beregu lebih gugup karena setiap nomor menjadi penyumbang poin kemenangan untuk kampus. Apalagi, kalau laga tersebut merupakan penentu kemenangan bagi tim.
Selain itu, ia juga mengungkapkan pendapatnya setelah memiliki pengalaman bermain di LIMA. “LIMA merupakan kompetisi paling bergengsi di tingkat mahasiswa. Apalagi LIMA juga memiliki jenjang hingga Nationals. Lewat kompetisi ini, saya bisa menambah pengalaman dan pengetahuan.,” ucapnya.
Awalnya, Zahra berpikir bahwa ia tidak akan mengikuti kompetisi lagi saat kuliah dan prestasinya berkurang. Namun, dengan adanya LIMA, ia bisa memberikan prestasi kepada kampus lewat LIMA. Terlebih, ia mendapat beasiswa dari Unikom lewat jalur prestasi atlet. Ia mengatakan, “Dengan adanya LIMA, saya memiliki cara untuk membanggakan kampus. LIMA juga memberikan kami jalan untuk menambah kemampuan dan pengalaman untuk masa depan.”
Sejak menjadi student athlete, ia juga menyadari betapa pentingnya keseimbangan akademik dan nonakademik karena kedua hal tersebut berdampak untuk masa depannya. “Keseimbangan akademik dan nonakademik itu penting. Ilmu bisa berguna hingga tua, sedangkan saya bisa meraih prestasi di badminton,” ungkapnya.
LIMA juga memberikan dampak untuknya. Prestasi dan sertifikat yang didapat saat bertanding bisa menjadi dokumen yang membantu saat mencari kerja. Saat ini, Zahra hanya menjadikan badminton sebagai hobi karena ia sedang merintis karier menjadi penyiar. Ia tengah menjalani training penyiar saat ini.