Kehidupan dunia kampus yang paling banyak intrik ialah bagaimana tugas kuliah hadir ditengah-tengah perkuliahan, mungkin bagi sebagian mahasiswa itu adalah kegiatan yang gak banget, sia-sia deh pokoknya. Tapi, bagi si pejuang asmara ini adalah kesempatannya untuk pendekatan, dan ada juga si individualis yang seakan-akan tugas hanya bisa dikerjakan oleh dirinya seorang, merasa hidup hanya milik kesatuan tubuhnya. Pokoknya self love banget lah anaknya.
Gimana sih mahasiswa harus menyikapi akan tugas perkuliahannya, bukan semata-mata mengerjakan tugas tersebut namun banyak intrik yang bisa ditemui didalamnya, dan bagaimana proses untuk menyelesaikan tugas kuliah yang entah bisa dibilang menyenangkan atau menyebalkan, berikut ialah tipe-tipe mahasiswa saat turunnya tugas suci yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
- Si Tau Situasi
Yang pertama ialah si paham betul sikon (situasi), mahasiswa tipe ini gak peduli tugasnya sesulit atau segampang apa, yang penting harus bisa mengerjakan sama-sama dengan seseorang yang ia suka di kampusnya, atau yang lebih klasik bertanya-tanya lewat chat berharap bisa berlanjut jalan bareng atau hangout bareng. Duh, emang paling bisa akal-akalan Mahasiswa Reformasi. Klasik sih, tapi namanya juga usaha, katanya sih usaha gak akan khianati hasil. Tapi ya kalian tau lah kebanyakan hasilnya gimana.
- Si Amnesia
Gak tahu lagi deh sama mahasiswa tipe yang gampang lupa gini, entah apa yang ia pikirkan selama perkuliahan berlangsung. Entah saraf-saraf otaknya ada yang terganggu atau memang ia terlalu belajar melupakan dan keterusan hingga ke tugas kampus. Atau, mungkin sebenarnya mahasiswa semacam ini adalah mahasiswa yang sangat ingat akan tugasnya tapi selalu lupa untuk mengerjakannya.
- Si Mazhab Sistem Kebut Semalam (SKS)
Biasanya mahasiswa tipe ini akan menganggap tugas itu mudah dan bisa dikerjakan semalaman saja, mahasiswa yang menganut mazhab SKS biasanya memiliki kekuatan penglihatan yang bagus saat malam hari semacam nokturnal lah. Tapi mahasiswa tipe ini biasanya memang menyukai deadline yang lebih menantang dan bersatunya niat serta inspirasi saat deadline H-1 tugas kampusnya.
- Si Nyicil
Mahasiswa tipe nyicil, biasanya ingatannya bagus, dan memiliki perancanaan yang matang akan agenda kehidupannya. Sepulang kuliah mahasiswa tipe nyicil sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh si dosen, gak peduli selesai atau enggak yang penting sudah bisa dikerjakan sisanya tanya ke teman atau siapapun yang bisa ditanya. Mahasiswa semacam ini pasti rajin banget menabung. Nabung tugas.
- Si Yang Penting Ada
Mahasiswa model begini, yang penting ada tapi gak ganggu keberadaannya. Biasanya kalau tugas kelompok dia paling pintar basa-basi, mulai dari alasan “nanti gue aja yang print makalahnya”, hingga basa-basi “kapan mau ngerjain tugas kelompoknya?” padahal yang penting cuma biar dianggap aktif dan biar dianggap keberadaannya. Tapi, bagus juga sih yang model gini daripada yang cuma numpang nama dan gak ada kontribusinya.
- Si Numpang Nama
Biasanya, ditemui dalam tugas kelompok yang didalamnya terdapat senior kampus yang mengulang mata kuliahnya, padahal mahasiswa lain sudah memberi tahu si senior kampus kapan akan mengerjakan sama-sama dan kapan deadline mengumpulkannya. Bilangnya sih oke, setelahnya hilang lalu muncul H-1 deadline dengan beribu alasan agar membuat mahasiswa lain iba dan merasa kasihan. Bukan karena kasihan sebetulnya, lebih takut kualat karena harus menuruti yang lebih tua.
Segitu saja lah ya, enam tipe juga kayaknya sudah mewakili tipe kalian semua, apalagi mahasiswa itu kan juga makhluk sosial yang harus berinteraksi pada makhluk lainnya. Jadi, segala tugas kuliah kerjakan dengan gembira dan sama-sama. Segala kehidupan harus dikerjakan dengan semangat gotong royong, kalau di filosofi Sunda itu ada peribahasa saling asah, saling asih, saling asuh. Artinya, kehidupan dalam masyarakat Sunda senantiasa mengedepankan nilai kebersamaan, yakni maju bersama dalam intelektualitas (silih asah), kekuatan kasih sayang yang senantiasa diciptakan dalam segala bentuk hubungan individu satu sama lain (silih asih), dan sikap mengayomi satu sama lain sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam menciptakan harmonisasi hidup (silih asuh).