Rizki Saputra merupakan student-athlete Universitas Sumatera Utara (USU). Mahasiswa yang baru pertama kali berpartisipasi di kompetisi LIMA ini merasa mendapat banyak manfaat setelah mengikuti LIMA Futsal: Sumatra Conference Season 7.
“LIMA sudah punya nama yang besar. Setiap student-athlete pasti ingin ikut serta di dalam kompetisi ini. Peraturan yang diberlakukan juga menjadi dorongan tersendiri. Setelah ikut kompetisi LIMA, saya menjadi lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Baik dalam segi perilaku, nilai akademik, maupun non-akademik,” ungkap Rizki.
Ia menjadikan LIMA sebagai jembatan atau batu loncatan untuk menjadi pemain profesional di masa depan. Namun, ia tidak hanya ingin bergelut di futsal saja, Rizki juga ingin memiliki prestasi akademik. Ia ingin menyeimbangkan prestasi akademik dan non-akademik tersebut. Menurut Rizki, pemain futsal juga harus pintar.
Pendapat tersebut sesuai dengan tujuan LIMA. LIMA selalu menetapkan peraturan minimal IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) di setiap kompetisi yang digelar. Hal itu karena LIMA mengadakan kompetisi di tingkat perguruan tinggi dan ingin yang berpartisipasi adalah student-athlete. Student-athlete harus menjalani aktivitas sebagai mahasiswa dan atlet. Oleh karena itu, mereka harus menyeimbangkan prestasi akademik dan non-akademiknya. Akademik dapat berguna di masa depan mereka saat mencari kerja dan non-akademik dapat mendukung nilai akademik tersebut serta membantu para student-athlete yang ingin menjadi pemain pro, seperti yang diinginkan Rizki.
Tak hanya termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi, Rizki juga merasakan manfaat lain. Ia mengatakan, “Saya bisa menambah teman di kompetisi LIMA. Pengalaman juga bertambah. Saya juga bisa meningkatkan percaya diri saya saat bermain.”