Connect with us

LIMA Esports

Putri Santi, Sosok Tangguh di Balik tim Unhasy

Saat ini, game tidak hanya sekadar sebuah aplikasi yang dapat membuat kita senang, menaikkan mood kita, atau membuang waktu kita saja. Nyatanya, di zaman sekarang, game berubah menjadi sebuah industri yang besar di mana banyak sekali pecinta game atau bisa dibilang gamer sangat antusias dengan sebuah game.

Hal tersebut tentunya memunculkan sebuah cabang olahraga baru yaitu electronic sports atau esports. Olahraga yang menghadirkan game sebagai cabang olahraganya ini menjadi sebuah opsi bagi para gamer untuk bisa bermain di skena profesional. Berbagai macam game online seperti Defends of the Ancients (DotA) 2, Counter Strike Global Offensive (CSGO), serta game yang dimainkan melalui smartphone seperti Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dan Free Fire menjadi salah satu dari sekian cabang olahraga di esports.

Namun, stigma pecinta game atau gamer ini masih melekat dengan dunia laki-laki. Akan tetapi, stigma tersebut bergeser ke arah yang lebih baik di mana semua orang dapat bermain game bahkan terjun di dunia esports. Hal tersebut melahirkan seorang perempuan bernama Putri Santi Andri Yani menjadi seorang pelatih dari tim Free Fire Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Jombang.

Memiliki nama panggilan Putri, sebelum menjadi pelatih dari tim Free Fire Unhasy, ia adalah seorang gamer. Ia telah bermain di banyak game sampai akhirnya ia jatuh cinta dengan game Free Fire. Kecintaannya terhadap game Free Fire membuat dirinya ikut ke dalam sebuah tim dan komunitas Free Fire.

Seiring berjalannya waktu, Putri ternyata memiliki kemampuan yang lain selain memainkan game tersebut, yakni menganalisa dan menyusun strategi. Kemampuan tersebut akhirnya dilihat oleh salah seorang bagian dari tim Free Fire Unhasy untuk menjadikan Putri sebagai pelatih mereka.

Awal perjalanan karirnya sebagai pelatih tim Free Fire Unhasy tentunya tidak berjalan dengan mulus. Ia kerap mengalami perselisihan pendapat dengan para pemain. Apalagi, ia adalah seorang perempuan dan memiliki umur di bawah para pemainnya. Namun, ia tidak menyerah dan tetap berusaha untuk menjadi pelatih yang baik bagi tim Unhasy.

“Dalam prakteknya, kami sering sekali berselisih. Namun, saya sebagai pelatih berusaha untuk meredamkan perselisihan dengan cara membuka forum agar para pemain mau berbicara sepuasnya mereka dan kita cari jalan tengahnya. Menurut saya, permasalahan tidak akan selesai dengan cara dipendam saja. Maka dari itu, saya menyuruh para pemain untuk tetap berkomunikasi,” ucapnya dalam wawancara.

Terbukti, ia berhasil mengantarkan dua tim Unhasy ke babak LIMA Esports with Kopi Caffino Free Fire Nationals. Tidak hanya berhasil mengantarkan, namun ia juga mampu membuat tim Unhasy lolos sebagai juara dari masing-masing region yang dipertandingkan. Unhasy-2 menjadi juara di Western Region dan Unhasy-1 di Easter Region.

Hasil tersebut tentunya bukan menjadi hasil yang ingin ia raih untuk saat ini. Ia berharap kedua tim yang ia bawa di LIMA Esports with Kopi Caffino Free Fire 2021 ini menjadi dua tim teratas di fase Nationals nantinya. Selain itu, ia juga ingin membuktikkan bahwa tidak hanya laki-laki saja yang bisa bersinar di dunia esports, melainkan perempuan pun juga bisa.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in LIMA Esports