Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, negara kita tercinta yaitu Indonesia berhasil mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan oleh semua masyarakat Indonesia kala itu, yakni kemerdekaan. Hal ini tentunya sangat membekas dalam ingatan semua masyarakat Indonesia karena pada hari itu kita semua terbebas dari penjajahan yang dilakukan oleh negara Jepang dan Belanda.
Kita semua tentunya tahu bahwa terdapat dua nama yang akan membekas dalam ingatan kita ketika berbicara mengenai kemerdekaan, yakni presiden pertama kita, Soekarno, dan wakilnya, M. Hatta. Kedua orang tersebutlah yang mampu membaca sebuah teks proklamasi.
Namun, jika kita telaah lebih dalam, terdapat banyak sekali pihak yang membantu untuk mewujudkan kemerdekaan untuk Indonesia. Salah satunya adalah peran para pemuda dalam meraih sebuah kemerdekaan.
Para pemuda inilah yang berhasil menekan dan menjaga Soekarno dan M. Hatta dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Lewat peristiwa Rengasdengklok, para pemuda ini mampu mendorong tokoh-tokoh dari generasi tua untuk segera menyatakan proklamasi kemerdekaan negeri ini.
Mereka beramai-ramai untuk melakukan upaya penculikan kepada dua tokoh ternama negeri ini dan membawa Soekarno serta M. Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Penculikan tersebut tentunya muncul lantaran terdapat perbedaan pendapat antara generasi muda dan tua perihal waktu kemerdekaan.
Soekarno, M. Hatta, dan Ahmad Soebardjo yang termasuk ke dalam golongan tua, berpendapat bahwasanya waktu kemerdekaan yang ditandai dengan pembacaan proklamasi harus tetap dilaksanakan atas nama Panitia Pelaksanaan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keinginan tersebut bertujuan agar tidak kembali memunculkan konflik dengan Jepang yang kala itu sedang berada dalam situasi yang sulit.
Di sinilah muncul sebuah perselisihan pendapat. Golongan muda atau pemuda kala itu tidak setuju atas keinginan Soekarno, M. Hatta, dan Ahmad Soebardjo untuk menunggu proses kemerdekaan. Hal tersebut lantaran para pemuda ini khawatir jika nantinya kemerdekaan Indonesia akan dipengaruhi oleh pihak lain yang tidak menginginkan Indonesia merdeka.
Kejadian penculikan tersebut tentunya berpengaruh kepada penetapan pembacaan proklamasi Indonesia. Alhasil, generasi tua menyetujui pendapat dari generasi muda untuk secepat mungkin membaca proklamasi dan menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Tepatnya, pada jam 00.00 tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan M. Hatta kembali ke rumah Laksmana Maeda. Ketika keduanya sampai sana, mereka telah ditunggu oleh anggota PPKI ditambah beberapa pemuda dan pemimpin gerakan yang ada di Jakarta. Menurut M. Hatta, terdapat sekitar 40 hingga 50 orang yang terdapat di dalam rumah tersebut dan banyak pemuda yang menunggu di luar.
Soekarno, M. Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, dan Sayuti Melik berniat untuk menulis naskah kemerdekaan yang singkat. Namun, sayangnya kelima orang tersebut tidak ada satupun yang memiliki naskah resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juli 1945 yang saat ini dikenal sebagai Piagam Jakarta. Alhasil, Soekarno menuliskan naskah proklamasi tersebut dengan dibantu oleh sahabat sekaligus wakilnya, M. Hatta.
Akhirnya, di hari itu, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dengan lantangnya membacakan teks proklamasi sebagai bentuk bahwa negara Indonesia telah merdeka. Deklarasi tersebut sempat direncanakan untuk dilaksanakan di lapangan Ikada. Akan tetapi, demi alasan keamanan, deklarasi dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56, atau yang saat ini bernama Jl. Proklamasi no. 1.
Secara sejarah, memang Soekarno dan M. Hatta lah yang memiliki peran terbesar dalam proses kemerdekaan Indonesia. Namun, di balik itu semua, terdapat peran generasi muda. Akhir kata, Dirgahayu Republik Indonesia ke-76!