Connect with us

News

Pentingkah IPK untuk Karier Setelah Lulus?

Kecerdasan muncul dalam berbagai bentuk, ada orang yang cerdas secara akademik, ada yang cerdas di medium kreatif, dan ada juga yang kecerdasan logisnya lebih terasah. Mereka sama-sama pantas diapresiasi dengan setara. Semua jenis kecerdasan tersebut juga punya kelebihan masing-masing dalam mendukung perjalanan menuju kesuksesan.

Namun beberapa perusahaan, masih banyak yang menuntut kandidat pegawainya memiliki Indeks Prestasi Kumulati (IPK) minimal di atas 3.00 bahkan di atas 3.50. Bagi mereka yang kompeten namun karena alasan tertentu tidak memiliki IPK tinggi, hal ini mungkin terasa kurang adil.

Suka tidak suka, nilai IPK adalah salah satu penilaian awal terhadap kompetensi teknis sebelum kamu duduk di hadapan pewawancara. Nilai IPK yang tinggi diasumsikan menandakan kamu sukses memahami teori dan aplikasi jurusan dengan baik. Untuk sejumlah posisi pekerjaan yang mengutamakan keahlian secara spesifik, hal ini bisa dibilang cukup penting.

Kesuksesan di bangku kuliah, juga dijadikan sebagai parameter untuk menentukan karakter kandidat. Untuk mencapai dan mempertahankan nilai IPK tinggi di penghujung semester tentu dibutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit serta disiplin tinggi. Setidaknya, nilai IPK ini menunjukkan adanya kemauan untuk bekerja keras, dedikasi, dan komitmen untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Lowongan pekerjaan dari perusahaan terkemuka di bidang konsultasi, keuangan, dan teknologi paling sering ditemukan mencantumkan IPK di atas rata-rata sebagai salah satu persyaratan utama. Kesemuanya merupakan industri yang cukup kompetitif dan selalu menarik minat kaum profesional. Mereka bisa dipastikan selalu dibanjiri lamaran kerja sehingga nilai IPK tinggi ini pun dijadikan saringan awal agar hanya kandidat yang benar-benar berkualitas bisa maju ke tahap wawancara.

Makin besar skala sebuah perusahaan, umumnya makin penting nilai IPK di mata recruiter. Untuk perusahaan berukuran lebih kecil atau start up, hal ini tidak menjadi pertimbangan utama. Walau begitu, jika IPK kamu tergolong tinggi, jangan ragu untuk terpampang dalam CV sebagai poin plus.

Perusahaan memang punya alasan sendiri mengapa IPK dijadikan persyaratan yang terkesan membatasi sejumlah kandidat untuk melamar kerja. Namun hal ini bukan berarti kamu kehilangan peluang untuk meraih pekerjaan impian. Kuncinya ada di bagaimana kamu memberi konteks terhadap nilai IPK tersebut.

Katakanlah nilai kamu kurang ideal karena kuliah sambil kerja sehingga kadang kewalahan untuk menyeimbangkan waktu. Ceritakan tantangan yang kamu hadapi saat itu dan bagaimana kamu menemukan keseimbangan hingga berhasil lulus kuliah.

Tentu tidak semua perusahaan menjadikan IPK tertentu sebagai harga mati. Mayoritas recruiter sebetulnya cukup puas dengan adanya gelar sarjana. Tidak sedikit yang lebih mengutamakan adanya pengalaman kerja relevan dan keahlian spesifik di CV kamu.

Banyak bergabung dengan organisasi atau jadi relawan semasa kuliah juga bisa kamu tampilkan dalam CV kamu. Banyak perusahaan memandang mahasiswa yang aktif sebagai pertanda mereka memiliki karakter sebagai pemimpin dan manajemen waktu yang baik.

Selepas kuliah, kamu memang tidak punya kesempatan untuk mengubah angka IPK, tetapi pastikan perusahaan tersebut tahu kalau kamu memiliki keahlian dan kepribadian yang sesuai untuk mengisi posisi yang kamu lamar.

Oleh karena itu, walaupun IPK kamu tinggi, diperlukan syarat penting lainnya untuk menunjang masuknya kamu ke suatu perusahaan. Selain IPK yang tinggi, perusahaan juga melihat softskill dan pengalaman kamu selama ini. Jangan harap perusahaan menerima karyawan hanya karena IPK saja. Apalagi kalau kamu tidak memiliki keterampilan dan kemampuan komunikasi yang baik.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in News