Alan Fitrian Ramadhan merupakan pelatih Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN Raden Fatah) Palembang. Ia pernah menjadi kapten tim futsal kampusnya di LIMA Futsal: Sumatra Conference Season 6. Musim ini, ia menjadi pelatih para juniornya karena ingin terus berkorban untuk UIN Raden Fatah di ajang LIMA.
Alan dipilih oleh UKM PSM untuk menjadi pelatih tim futsal UIN Raden Fatah di LIMA Futsal: Sumatra Conference Season 7. Ia dipercaya untuk memegang tim futsal ini karena sudah memiliki pengalaman berkompetisi di Liga Mahasiswa.
Setelah ditunjuk sebagai pelatih, Alan pun bersedia untuk menjalaninya. Meski sudah lulus, ia tetap ingin memberikan sumbangan untuk universitas. “Sambil menunggu pekerjaan, tidak ada salahnya mengabdi untuk universitas. Saya tetap ingin berkorban untuk kampus meski sudah tidak menjadi student-athlete,” ujarnya.
Sebagai alumnus LIMA, Alan juga mengutarakan pendapatnya tentang ajang ini, baik dari segi peraturan maupun manfaat untuk dirinya sendiri. Alan mengaku bahwa saat menjadi student-athlete, ia harus menyeimbangkan prestasi akademik dan olahraga. Terlebih, di kompetisi LIMA ada peraturan minimal IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) untuk para student-athlete yang berpartisipasi. Menurut Alan, peraturan tersebut membuat student-athlete menjadi disiplin dan tetap mengingat peran mereka sebagai mahasiswa.
Alan menambahkan, “Di Palembang, belum ada event seperti LIMA, mulai dari peraturan hingga penyelenggaraan. Kalau pun ada kompetisi futsal, biasanya digelar di futsal center dan lapangannya jauh dari standar nasional. Biasanya, peraturan di ajang lain juga dinomor duakan, sedangkan di LIMA, kami harus melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku.”
Alan sendiri menyadari betapa pentingnya keseimbangan akademik dan non-akademik. Pendidikan dapat menjadi bekal untuk student-athlete yang nantinya mencari pekerjaan setelah lulus, sama seperti yang dilakukan Alan saat ini. Olahraga menjadi soft skill yang dapat menunjang akademiknya.
Setelah lulus dan mengabdi untuk kampus, Alan merasa bahwa menjadi pelatih memiliki tekanan yang lebih berat. “Menjadi student-athlete atau pelatih sama-sama berat. Hanya, tekanan menjadi pelatih lebih besar karena harus memegang tim yang membela nama universitas. Namun, beban tersebut justru saya jadikan motivasi untuk menjadi lebih baik,” tutur Alan.
Kini, selain menjadi pelatih di UIN Raden Fatah, pria lulusan Fakultas Syari’ah Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum ini tengah berada dalam proses untuk mencapai impiannya yang sesuai dengan bidang akademik dijalani.