Connect with us

Featured

Inner Strength: Motivasi Lewati Kekecewaan Berkat Kompetisi LIMA

Elrich Jonathan merupakan student-athlete Universitas Brawijaya (UB). Ia pernah menjalani dua kali operasi karena cedera ACL (anterior cruciate ligament) di usia remaja. Meski sempat ingin menyerah, Elrich tetap bertahan berkat kekuatan dalam dirinya, kompetisi LIMA, serta kekecewaan dari hasil turnamen.

“Saya pernah merasakan cedera ACL di kedua kaki saya saat SMA. Pertama, lutut kiri cedera saat iseng-iseng main basket di kelas satu SMA. Saya langsung operasi dan pemulihan selama setahun. Setelah itu, saya mencoba bermain basket kembali, dan saat kelas dua saya cedera lagi di lutut kanan saat bertanding. Lalu, saya kembali melakukan operasi, terapi, dan pemulihan,” kata Elrich.

Elrich vakum dari dunia basket selama masa SMA, karena lutut kirinya juga terkena meniscus. Lututnya bahkan masih rentan dan mudah sakit hingga saat ini.

Menurutnya, cedera tersebut cukup menghambat dirinya untuk latihan basket. Karena itu, saya harus mengejar dasar-dasar main basket saat kuliah. Mental mahasiswa jurusan matematika ini juga sempat jatuh melihat teman-temannya yang bermain lebih baik dan bisa belajar dengan cepat.

Elrich mengaku sempat tidak mau operasi karena khawatir tidak bisa bermain basket lagi. Ia mengatakan, “Sebenarnya, cedera yang kedua membuat saya ingin menyerah karena dokter menyarankan untuk tidak bermain basket lagi. Setelah mendengar hal itu, saya takut dan membatalkan janji untuk operasi.”

Beberapa bulan setelah memutuskan untuk tidak operasi, Elrich bertemu dengan dokter lagi. Berbeda dari sebelumnya, dokter mengatakan bahwa ia masih bisa bermain basket meski dioperasi. Kemauannya yang keras untuk kembali ke dunia basket, membuat pemain bernomor punggung 19 ini menjalani operasi dan akhirnya bisa bermain basket hingga saat ini. Ia merasa tidak bisa meninggalkan basket, karena olahraga tersebut merupakan pelarian terbaik saat sedang sedih atau stres.

Selain itu, Elrich mengaku bahwa kompetisi LIMA menjadi salah satu alasannya untuk bangkit. “Kompetisi Liga Mahasiswa menjadi motivasi tersendiri untuk saya. Saat itu sedang digelar LIMA Basketball Nationals Season 4, dan ada Universitas Brawijaya yang menjadi salah satu kampus pilihan saya. Sejak saat itu, saya punya mimpi untuk membawa nama UB ke ajang LIMA. Akhirnya, saya kembali termotivasi untuk bermain basket dan melakukan penguatan kaki sebelum masuk kuliah,” kata Elrich.

“Saya tidak ingin menyerah. Justru hasil atau kekecewaan setiap turnamen membuat saya ingin bangkit dan menjadi lebih baik lagi,” tutup student-athlete UB bernomor punggung 19 ini.

Demikianlah Elrich memiliki inner strength yang membuat ia selalu mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tidak mudah menyerah.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Featured