Irsan Yunus Woretma merupakan salah satu student athlete dari tim putra di LIMA Futsal: McDonald’s East Java Conference Season 7, Universitas Negeri Malang (UM). Dengan penampilannya, ia sering mengalami perundungan (bullying). Akan tetapi, ia menepis omongan buruk berkat kekuatan di dalam dirinya.
“Ketika saya pertama kali datang ke Malang, saya kerap mendapat ledekan dari banyak orang karena saya berasal dari Timur. Saya juga merasakan kesulitan dalam hal budaya dan bahasa sehingga sulit mendapatkan teman,” ungkap Woretma.
Walaupun kerap mendapatkan hinaan, hal tersebut tidak membuat Woretma menjadi orang yang pendendam. Ia mampu menghadapi hal tersebut dan menjadi pribadi yang lebih kuat. Apabila ada orang yang membicarakan dirinya, student athlete kelaihiran Fakfak, Papua Barat, ini akan membalasnya dengan senyuman. “Saat pertama kali mendapat perilaku bully, saya tidak kesal. Saya tidak menaruh dendam kepada orang-orang yang merendahkan saya. Saya tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan sederhana,” tambahnya.
Student athlete yang sedang menjalani kuliah di Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang, ini, selalu mengingat orang tuanya ketika ia merasa terjatuh. Hidup jauh dari orang tua dan menerima hinaan dikarenakan perbedaan budaya dan bahasa bukan hal yang mudah.
“Saya datang ke Malang untuk kuliah. Saya datang ke sini untuk bisa membanggakan orang tua saya. Ketika memiliki masalah, saya akan selalu ingat mereka karena tujuan saya datang ke Malang untuk membahagiakan mereka.”
Musim ini merupakan musim kedua baginya di LIMA Futsal: McDonald’s East Java Conference. Ia memiliki cita-cita untuk menjadi pelatih profesional. Menurutnya, futsal adalah tempat ia mendapatkan teman dan keluarga baru.
“Dengan mengikuti kompetisi LIMA, saya bisa memiliki banyak teman. Saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kami orang Timur sangat baik terhadap semua orang.”
