Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) di Indonesia membuat pemerintah pusat melakukan peraturan agar seluruh masyarakat tetap berada di rumah. Masyarakat saat ini sedang bertahan di rumah agar penyebaran virus ini tidak semakin meningkat.
Praktik peraturan yang mengharuskan seluruh masyarakat agar tetap berada di rumah ini mempunyai sisi positif. Salah satunya adalah yang dirasakan oleh student athlete dari Universitas Negeri Malang (UM), Ingeldy Vyola.
Student athlete yang kerap dipanggil Ingel ini merupakan mahasiswa perantau. Ia harus meninggalkan kota kelahirannya, yakni Cirebon, Jawa Barat, untuk menimba ilmu di Malang, Jawa Timur. Hal tersebut membuat Ingel harus menjauh dengan keluarganya.
Namun, dengan adanya pandemi ini, pihak kampus memberhentikan aktivitas belajar mengajar dengan tatap muka dan beralih ke metode dalam jaringan (daring). Kesempatan tersebut ia gunakan untuk bisa pulang dan bertemu dengan keluarganya.
“Sebagai anak rantau, waktu untuk bertemu dan bermain dengan sanak keluarga sangatlah sedikit. Saya hanya bisa bertemu dengan Mama, Papa, adik, dan keponakan ketika libur semester saja,” ungkapnya.
“Namun, ketika pandemi ini mulai menjalar di Indonesia, pihak kampus membuat kebijakan agar kegiatan belajar-mengajar beralih ke daring. Dengan dilaksanakannya kebijakan tersebut, saya mendapat kesempatan untuk bisa pulang. Saya pulang sebelum adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah daerah Jawa Barat,” tambahnya.
Ingel mengaku bahwa ia mendapatkan hal positif ketika berada di rumah. Ia menjadi lebih dekat dengan keluarga dan mendapatkan pengalaman yang tidak ia dapatkan ketika merantau.
“Ketika di rumah saja, saya mempunyai banyak waktu untuk bisa bercanda dan bercengkrama dengan keluarga saya di Cirebon. Saya juga mendapatkan pengalaman baru, yakni memasak dan membuat kue bersama mama. Hal tersebut menjadi pengalaman baru saya ketika berada di rumah,” katanya.
Dengan segala kegiatannya bersama keluarga, ia tidak lupa akan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, yakni kuliah. Awalnya, ia merasa berkesulitan untuk menyesuaikan diri dengan metode kuliah daring. Namun, ia berhasil menyesuaikannya seiring berjalannya waktu.
“Saya merasakan kesulitan pada saat awal metode pembelajaran berganti ke daring. Namun, sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab, saya harus berusaha untuk tetap mengikuti pelajaran. Saya harus pergi ke rumah saudara saya untuk menumpang sinyal agar bisa ikut kelas. Saya juga harus selalu aktif untuk bertanya kepada dosen agar saya paham,” ungkapnya.