Dalam olahraga permainan tim, kebanyakan tim memiliki pemain andalan. Dalam perhelatan LIMA Football Season 7, Gilang Pramudya dan Fiqri Junsal Maruapey adalah contohnya. Mereka merupakan pemain terbaik dari tim sepak bola kampus masing-masing.
Gilang Pramudya dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Fiqri Junsal Maruapey dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) memiliki posisi yang berbeda dalam tim sepak bola mereka masing-masing. Gilang berposisi sebagai sayap, sedangkan Fiqri berposisi sebagai ujung tombak penyerangan UKI atau biasa disebut sebagai penyerang. Meskipun memiliki posisi yang berbeda, kehadiran mereka dalam tim sepak bola kampus masing-masing sangatlah penting.
“Dahulu, saya memang berposisi sebagai penyerang. Namun, ketika saya bermain di salah satu sekolah sepak bola (SSB) di Tangerang, pelatih saya memindahkan posisi saya sebagai sayap. Saya dinilai tidak memiliki postur yang cukup pas untuk menjadi seorang penyerang,” ucap Gilang.
“Sejak dulu, saya memang berposisi sebagai penyerang. Saya sangat senang di posisi saya saat ini karena lebih senang melewati lawan dibandingkan menjaga lawan,” kata Fiqri.
Kedua pemain tersebut menjadi top skorer di tim sepak bola kampus masing-masing. Fiqri mampu mengoleksi 21 gol dan Gilang mengoleksi tujuh gol di LIMA Football: Air Mineral Prim-A Greater Jakarta Conference dan LIMA Football Nationals Season 7. Meskipun mengoleksi lebih banyak gol, mereka tetap merasakan kesulitan ketika menyerang dan berusaha mencetak gol ke gawang lawan.
“Saya sulit untuk menyerang ketika bertemu dengan bek lawan yang mampu membaca arah bola dan memiliki postur tubuh yang tinggi. Hal tersebut membuat saya dan kawan-kawan sulit untuk mencetak angka,” kata Gilang.
“Sebagai penyerang, kesulitan saya adalah ketika teman saya tidak memahami apa yang saya inginkan sehingga sering terjadi kegagalan komunikasi di antara saya dan pemain lain. Menurut saya, penyerang adalah pemain yang sangat membutuhkan bantuan dari pemain lain karena kami tidak mungkin berjuang sendiri,” Fiqri pun menambahkan.
Meskipun berbeda tim, Gilang dan Fiqri saling menghormati satu sama lain. Keduanya memberikan tanggapan yang positif terhadap permainan masing-masing.
“Beberapa pemain dari tim sepak bola UKI berasal dari wilayah Timur sehingga mereka mempunyai tenaga yang sangat bagus. Salah satunya adalah Fiqri. Ia adalah pemain yang sangat bersemangat dalam lapangan. Ia mampu mengejar ke mana pun bola mengarah. Kemampuannya terbukti ketika UKI bertemu dengan UMJ. Ia berhasil mencetak satu gol. Ia adalah pemain yang luar biasa,” ucapan Gilang ke Fiqri.
“Mas Gilang adalah pemain yang sangat menyulitkan tim lawan. Ia memiliki kemampuan dalam mencari kesempatan dan umpan yang bagus. Kemampuannya tersebut terlihat ketika UKI bertemu dengan UMJ. Ia mampu memberikan satu gol dan satu assist. Banyak orang yang berbicara bahwa harus mewaspadai mas Gilang ketika di lapangan,” sanjung Fiqri untuk Gilang.