Muhammad Fhirdan Maulana Guntara merupakan student athlete basket Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung. Selama tiga kali ikut serta dalam kompetisi Liga Mahasiswa, ia mengaku mendapat pengalaman yang berharga, baik dari segi teknis peraturan kompetisi maupun potensi dampak bagi masa depannya.
Fhirdan tertarik mengikuti Liga Mahasiswa karena kompetisi ini merupakan salah satu event terbesar dan bergengsi di level mahasiswa. Ia tidak hanya berkompetisi. Student athlete jurusan Manajemen ini mengatakan, “LIMA tidak menjadikan kami sekadar menjadi atlet, tetapi juga menuntut kami untuk menjadi student athlete.”
Menurutnya, hal yang berbeda dari sebelum dan sesudah mengikuti LIMA adalah dari segi akademiknya. Ia berpendapat bahwa peraturan IPK minimal LIMA membuat para student athlete memiliki tanggung jawab untuk memenuhi nilai standar yang ditentukan. Ia pun merasa bahwa ajang LIMA dapat berdampak untuk masa depannya nanti. “Dampak dari kompetisi LIMA yang saya rasakan bukan hanya di basket, tetapi juga di kehidupan. Saya tidak akan selamanya bergelut di basket. Visi Awal Masa Depan yang dipegang oleh LIMA bepengaruh bagi diri saya karena kompetisi LIMA bisa menjadi jembatan sehingga nantinya saya lebih siap untuk menghadapi dunia luar,” ujarnya.
Fhirdan sendiri merasa keseimbangan antara akademik dan non-akademik itu penting karena setelah lulus ia ingin menjadi pemain profesional sekaligus wirausahawan. Keinginan student athlete kelahiran Bandung ini adalah membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. “Akademik sangat penting karena pengetahuan yang luas akan bepengaruh terhadap cara seseorang berperilaku. Non-akademik juga diperlukan untuk mendukung akademik serta kebugaran jasmani dan rohani,” ujarnya
“Menjadi student athlete memang tidak mudah. Akan tetapi, hasilnya pun akan luar biasa jika menjalani segala prosesnya dengan baik dan tekun,” tutupnya.
