Muhammad Arief Febri Setiawan, student-athlete Perbanas Institute yang selalu menjadi pencetak poin terbanyak di setiap pertandingan yang dilakoni kampusnya di kompetisi Liga Mahasiswa. Ia memiliki mimpi menjadi pemain profesional untuk membanggakan orang tuanya. Oleh karena itu, Febri mencoba melatih mental dan mengembangkan bakatnya lebih dulu dengan ikut kompetisi Liga Mahasiswa sebelum terjun ke tingkat yang lebih tinggi.
Sebagai pencetak skor terbanyak timnya, Febri menuturkan, “Yang penting harus selalu percaya diri saat masuk ke lapangan. Siapa pun lawannya, kita tidak boleh takut, justru jadikan motivasi untuk melakukan yang terbaik. Menikmati pertandingan adalah kunci agar kita tidak merasa terbebani saat bermain.”
Selain itu, pria kelahiran Palembang ini juga mengaku bisa melatih keberanian di LIMA. “Di kompetisi LIMA, lawan-lawannya merupakan tim yang kuat. Jadi, saya bisa melatih mental sendiri agar lebih baik, seandainya saya lanjut ke pemain profesional,” katanya.
“LIMA juga menjadi ajang untuk mengembangkan dan menunjukkan bakat saya kepada orang lain. Siapa tahu kemampuan saya terlihat sehingga nantinya bisa ditarik untuk bermain di level pro. Namun, untuk jangka pendek, saya ingin lolos untuk seleksi PON 2020 membela Jawa Barat,” tambahnya.
Pebasket bernomor punggung 3 ini mengaku ingin menjadi pemain pro untuk membahagiakan kedua orang tuanya. “Saya sudah berjuang untuk menjadi pemain profesional sejak SMA. Alasan saya adalah karena ingin membanggakan orang tua. Kedua orang tua, terutama ayah, sangat mendukung saya untuk berkarier di basket. Bahkan dulu ayah selalu menemani saya latihan,” tuturnya lagi.
Mencapai mimpi-mimpi tersebut tidaklah mudah, terlebih ia menjalani aktivitas sebagai mahasiswa dan atlet sekaligus. Akan tetapi, ia percaya bahwa dengan sifat rajin semua orang bisa menggapai mimpi,”Menjadi student-athlete berarti saya harus kuliah, latihan, bertanding, dan lain-lain. Hal itu memang sulit. Namun, saya selalu mengingat apa yang pelatih katakan bahwa pemain basket itu pintar,” kata Febri.
“Yang terpenting, kalau ingin menjadi student-athlete, tidak boleh malas. Kita harus melakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawab. Setidaknya, harus menyempatkan waktu untuk datang meskipun dalam keadaan lelah,” tutup pebasket berusia 20 tahun tersebut.